One Piece: Pemanggil Servant

Chapter 163: Bab 163



"Dokter, ini adalah putriku. Semenjak kemarin tubuhnya sangat panas. Karena tidak ada dokter lain di pulau, saya menjadi bingung, terlebih lagi suhu tubuhnya tidak kunjung turun." Ayah si gadis kecil menjelaskan.

Mendekat, Tsunade langsung memeriksanya.

Di ruang tamu, Dalton yang telah mengumpulkan keberaniannya bertanya kepada Vermillion, "Permisi, apakah Anda memiliki urusan di pulau ini?"

"Sepertinya kamu mengenalku." Vermillion menoleh ke Dalton, "Jangank hawatir, aku tidak punya niatan buruk. Kedatanganku ke sini murni kebetulan. Sebelumnya aku bertemu dengan raja negaramu, sayangnya dia tidak selamat." Jelasnya.

"M-maksud Anda?" Dalton mulai menebak maksud perkataan pria itu.

"Dia menyerang kita, kita menenggelamkannya."

"?!!!" Tubuh Dalton menegang. Walaupun kaget, Dalton tidak gegabah mencabut pedangnya. Dia tahu bahwa dia bukanlah tandingannya, dan dia tidak ingin melawan pria ini.

"Ngomong-ngomong tentang dokter, aku telah mengantar mereka kembali. Jika ada yang sakit, kamu dapat menghubungi mereka tanpa takut dengan Rajamu, lagipula dia sudah mati." Katanya sambil tersenyum.

"..." Dalton terdiam untuk sesaat, kemudian dia bertanya, "Jadi, tujuan Anda datang ke sini hanya untuk mengantar dokter-dokter itu?"

"Tidak juga. Karena negara ini tidak lagi memiliki raja, tentunya raja baru akan ditunjuk, kan? Apa pendapatmu tentangku?" Vermillion menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum.

"?!" Dalton tertegun, tidak tahu bagaimana harus menjawab.

"Pemeriksaan telah selesai. Biarkan dia beristirahat selama beberapa hari dan kondisinya akan membaik." Tsunade keluar dan memberi tahu ayah gadis kecil itu.

Ayah si gadis kecil buru-buru masuk, dan benar saja, putrinya nampak telah membaik, tidak lagi kesusahan bernapas. Keluar, pria itu berterima kasih kepada Tsunade, "Terima kasih dokter, terima kasih!"

"Karena semuanya sudah selesai, mari pergi." Vermillion membawa Tsunade keluar.

Dalton yang kembali sadar buru-buru mengikuti keluar, "Apakah yang Anda katakan benar? Apakah Anda benar-benar berencana untuk menjadi raja negara ini?"

"Kenapa, kamu tidak setuju? Jika kamu bisa mengalahkanku, aku akan mengizinkanmu menjadi raja."

"Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Saya hanya ingin bertanya tentang bagaimana rencana anda memerintah negara ini." Katanya dengan nada cemas.

"Aku ingin mencari seseorang yang bisa diandalkan, seseorang yang dapat membantuku memerintah negara. Apakah kamu tertarik?" Ucapnya sambil tersenyum.

"Jika kamu khawatir tentang Angkatan Laut dan Pemerintah Dunia, jangan khawatir, kami akan memblokir mereka."

Dari kejauhan ada sosok yang mengawasi gerak-gerik Marshal Blue sembari berkomunikasi dengan seseorang menggunakan Den Den Mushi, orang itu adalah Galdino, atau Mr. 3 dari Baroque Works.

"Halo, aku Mr.3, baru saja aku menemukan Marshal Blue dan Nico Robin di Pulau Drum." Lapornya.

Semenjak Crocodile mendengar berita tentang Marshal Blue yang menguasai salah satu Ancient Weapon, Crocodile telah menandainya. Selain Ancient Weapon, Marshal Blue juga bersama dengan Nico Robin, target utamanya yang dapat membantunya mencapai tempat Ancient Weapon incarannya, yaitu Uranus.

Alasan inilah yang membuatnya memberi perintah kepada anak-anak buahnya untuk mengawasi dan melacak gerak-gerik Drake Pirates. Jika mereka menjumpai mereka, terutama Nico Robin, dia memerintahkan mereka untuk segera menghubunginya.

Dan sekarang, Mr.3 yang kebetulan menjalankan misi di Pulau Drum menjumpai Drake Pirates secara tidak sengaja.

"Kerja bagus, Mr. 3, aku berjanji akan memberimu hadiah besar, tapi sebelum itu, aku ingin kamu menemui Marshal Blue dan menyakinkannya untuk menghubungiku."

"M-m-menemui Marshal Blue?!" Mr.3 langsung cemas.

"Apa yang kamu takutkan? Apakah kamu ingin melawan perintahku?"

"T-tidak, aku akan melakukannya!" Mr.3 buru-buru berjanji kepada bosnya.

"Bagus." Mengangguk, Crocodile langsung menutup telepon.

Menyandarkan punggungnya di sofa, Crocodile tersenyum kecil, "Akhirnya aku menemukanmu, Marshal Blue... Aku harap kamu menerima tawaranku. Jika tidak, aku akan mengamil tindakan ekstrem untuk merebut Nico Robin secara paksa."

Kembali ke Pulau Drum.

"Benar-benar merepotkan! Tapi tidak peduli apa, aku harus menyelesaikan tugas ini. Aku hanya perlu memberinya pesan, kan? Seharusnya tidak akan menjadi masalah." Mr.3 mencoba menghibur dirinya. Setelah membuat keputusan, dia ingin menemui Marshal Blue, tapi kemudian dia menyadari bahwa pria itu sudah menghilang! "Kemana dia pergi?" Saat dia mulai bertanya-tanya, tiba-tiba dia merasakan bulu kuduknya berdiri. Dengan gerakan kaku, dia menoleh ke belakang punggungnya.

"Apakah kamu mencariku?"

"Nani?!" Kemunculan tiba-tiba pria itu hampir membuatnya terkena serangan jantung!

-----

read chapter 216 on;

patréon.com/mizuki77

Christmas Sale, 50% off, use code: 337D3

Valid until January 7.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.