EZORA -Myosotis Forever-

Chapter 5: - Pintu Menuju Dunia Baru-



Ezora memandang Light dengan penuh tanya saat mereka meninggalkan lokasi terakhir. "Kita akan ke mana?" tanyanya dengan suara kecil, tetapi Light tidak menjawab. Dia hanya memberi isyarat agar Ezora dan Asharu mengikutinya. Meskipun tubuh mereka lelah setelah pertempuran sebelumnya, Light terus berjalan tanpa henti, mengabaikan kelelahan yang terlihat jelas di wajah Ezora dan Asharu.

Perjalanan itu terasa panjang dan melelahkan. Jalan berbatu dan udara yang semakin dingin membuat Ezora semakin sulit melangkah. "Kak Light, kita istirahat dulu, ya? Aku sudah tidak kuat," pinta Ezora dengan napas terengah-engah.

Light berhenti sejenak, menatap Ezora dan Asharu yang tampak kelelahan. Dia mengangguk singkat dan menunjuk sebuah batu besar di tepi jalan setapak. "Kita istirahat di sini sebentar. Tapi jangan terlalu lama," katanya.

Ezora duduk dengan lega di atas batu, sementara Asharu bersandar di dekatnya, tampak masih kesakitan meski lukanya sudah stabil. Sementara itu, Light sibuk membuka laptopnya, jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Ekspresinya serius, seolah sedang mengerjakan sesuatu yang sangat penting.

"Apa yang Kak Light lakukan?" tanya Ezora, mencoba melihat layar laptop itu.

"Hanya memastikan jalur kita aman," jawab Light singkat tanpa menoleh. Ezora tidak terlalu memikirkannya dan kembali duduk di samping Asharu, berbicara pelan dengannya untuk memastikan temannya merasa lebih baik.

Setelah beberapa saat, Light menutup laptopnya. "Cukup istirahatnya. Kita harus bergerak sekarang," katanya tegas. Meski masih lelah, Ezora dan Asharu menurut.

Hutan yang Lebat

Mereka melanjutkan perjalanan, memasuki sebuah hutan yang tampak gelap dan lebat. Pepohonan tinggi menjulang, daun-daunnya menutupi cahaya bulan sehingga membuat suasana semakin mencekam. Suara hewan malam terdengar samar di kejauhan, menambah kesan menyeramkan.

Ezora merapatkan jaketnya, mencoba menenangkan dirinya. "Kak Light, kenapa kita harus melewati tempat seperti ini?"

"Ini jalur teraman," jawab Light, mendorong mereka untuk terus berjalan. "Tetap di depan aku, dan jangan berhenti kecuali aku bilang."

Ezora berusaha mengikuti arahan Light, meski rasa takutnya terus meningkat. Bayangan gelap di antara pepohonan membuatnya melirik ke segala arah. Namun, perjalanan mereka akhirnya berhenti di sebuah bukit yang tampak biasa saja, dengan batuan besar di sekitar.

Light berjalan mendekati salah satu batu besar dan mengetuknya dengan ritme tertentu, seperti kode. Ezora dan Asharu saling berpandangan bingung, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa. Tak lama kemudian, sebuah alat sensor muncul dari balik batu, lengkap dengan pemindai sidik jari dan iris mata.

Light menempatkan tangannya di sensor dan mendekatkan matanya ke pemindai. Beberapa detik kemudian, suara mekanik terdengar, dan bukit itu mulai terbuka, memperlihatkan sebuah pintu besar yang menyala dengan lampu biru. Ezora melangkah mundur dengan mata melebar, bingung sekaligus takut.

"Masuklah," kata Light dengan suara tenang, meski nada tegasnya tetap terdengar. "Ini tempat yang aman untuk kita."

Ezora ragu-ragu, tetapi akhirnya mengikuti Light, diikuti oleh Asharu. Saat mereka masuk, pintu besar itu menutup kembali dengan bunyi berderak, membuat lorong di depan mereka menjadi satu-satunya jalan.

Lorong Menuju Masa Depan

Lorong itu panjang, diterangi lampu-lampu neon yang menyala di dinding. Cahaya biru dan putih membuat tempat itu tampak futuristik, dengan dinding logam yang mulus dan lantai yang memantulkan bayangan mereka. Mesin-mesin kecil melintas di sepanjang dinding, membawa berbagai barang yang tampaknya penting.

Ezora memperhatikan semuanya dengan kagum. "Tempat apa ini?" tanyanya, suaranya bergetar antara kekaguman dan ketakutan.

"Ini adalah salah satu fasilitas rahasia kami," jawab Light singkat sambil terus berjalan di depan mereka. "Teknologi di sini jauh lebih maju daripada yang kau bayangkan."

Saat mereka mencapai ujung lorong, pintu otomatis terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan besar yang penuh dengan aktivitas. Orang-orang berlalu lalang dengan pakaian seragam futuristik, membawa perangkat-perangkat canggih. Suara mesin dan percakapan terdengar di mana-mana, menciptakan suasana sibuk yang penuh energi.

Ezora terdiam, merasa kecil di tengah keramaian itu. "Kak Light, ini semua…" kata-katanya terhenti, tidak tahu harus berkata apa.

Light menoleh padanya, kali ini dengan ekspresi lebih lembut. "Aku adalah salah satu anggota dari agen rahasia yang melindungi penelitian di laboratorium Erura. Bahkan pemerintah tidak tahu keberadaan tempat ini. Hanya para peneliti senior yang tahu, termasuk ibumu, Erraniel."

Sebelum Ezora bisa bertanya lebih lanjut, seorang pria dengan seragam yang berbeda mendekati mereka. "Light, akhirnya kau kembali. Kau sudah melalui perjalanan yang panjang. Istirahatlah," kata pria itu dengan nada ramah.

Light menggeleng. "Tidak sekarang. Aku harus melapor tentang apa yang terjadi di Distrik Utara. Namun, tolong antarkan Ezora dan Asharu ke tempat yang aman. Obati Asharu, dia terluka cukup parah."

Pria itu mengangguk. "Baik. Aku akan mengurus mereka."

Light menepuk bahu Ezora pelan. "Kau aman di sini. Ikutlah dengan dia, aku akan menyusul setelah selesai melapor."

Ezora ingin bertanya lebih banyak, tetapi melihat keseriusan di wajah Light, dia hanya mengangguk. Pria itu memimpin Ezora dan Asharu ke arah yang berbeda, sementara Light berjalan menuju sebuah pintu besar lainnya, menuju ke atasannya untuk melapor.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.