EZORA -Myosotis Forever-

Chapter 3: -Keberangkatan Menuju Harapan-



Di ruang bawah tanah yang kini menjadi tempat perlindungan mereka, Ezora duduk di sudut ruangan dengan lutut ditekuk, mencoba meredakan gemetar di tubuhnya. Tangannya memegang erat kotak kecil yang diberikan Light beberapa saat sebelumnya. Light sendiri tampak sibuk dengan alat komunikasi canggih yang dia temukan di meja. Dia berulang kali mencoba menghubungi laboratorium, namun semua usahanya sia-sia.

"Tidak mungkin, kenapa sinyalnya benar-benar terputus?" gumam Light frustrasi, menekan beberapa tombol lagi sebelum melemparkan perangkat itu ke meja dengan kesal.

Ezora memperhatikan Light sejenak sebelum menunduk kembali ke kotak yang ada di tangannya. Dengan hati-hati, dia membuka penutupnya. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung berliontin rubi yang berkilauan di bawah cahaya lampu ruangan. Di bawahnya, sebuah surat terlipat rapi. Tangan Ezora gemetar saat mengambil surat itu, membuka lipatannya dengan perlahan.

"Ezora, anakku," suara ibunya seolah terdengar dari tulisan itu. Ezora membaca dengan suara kecil, seakan berbisik pada dirinya sendiri.

"Maafkan ibu karena harus meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Tapi percayalah, semuanya untuk melindungimu. Kalung ini bukan hanya hiasan; itu akan menjadi kunci untuk membantumu menemukan ayahmu dan menyelesaikan semuanya. Hanya dia yang bisa menjelaskan semuanya padamu. Tetaplah kuat, sayang. Ibu percaya padamu."

Air mata Ezora jatuh tanpa ia sadari. Ia menggenggam kalung itu erat-erat, berbisik, "Ibu, kenapa harus seperti ini?"

Light mendengar suara tangis kecil itu dan menoleh. "Apa yang dia katakan?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Ezora hanya menggeleng pelan sambil menyeka air matanya. Namun, sebelum dia sempat menjawab, sebuah getaran kecil terasa di ruangan itu. Light segera berdiri dan meraih sebuah alat di meja.

"Aku akan memeriksa apa yang terjadi," katanya cepat. Tanpa menunggu tanggapan Ezora, dia membuka pintu ruang bawah tanah dan menaiki tangga dengan hati-hati.

Saat Light membuka pintu ke permukaan, pemandangan yang ia lihat membuat wajahnya pucat. Di depan matanya, kabut ungu menyelimuti seluruh Distrik Utara. Udara terasa berat, dan keheningan yang mencekam membuatnya merinding.

"Tidak mungkin… asap ungu ini…" Light bergumam. Dia segera menutup pintu dan kembali ke bawah dengan langkah cepat.

Ezora menatapnya dengan cemas. "Apa yang terjadi di atas? Apa itu kabut yang ibu katakan?"

Light tidak langsung menjawab. Dia hanya berkata, "Kita harus segera keluar dari sini."

Light mencoba menghubungi dunia luar menggunakan perangkat lain di ruang bawah tanah itu. Namun, hasilnya sama: tidak ada sinyal. Frustrasi, dia mulai mengelilingi ruangan, memeriksa setiap sudut laboratorium. Akhirnya, di salah satu meja, dia menemukan perangkat kecil dengan antena yang terlihat cukup kuat. Setelah beberapa penyesuaian, perangkat itu mulai menyala.

"Halo? Apakah ada yang mendengar?" suara Light terdengar cemas.

Beberapa detik berlalu sebelum suara seorang anak laki-laki menjawab dari ujung lain. "Light? Ini aku, Magi. Ada apa?"

Light menghela napas lega. "Magi, aku butuh bantuanmu. Distrik Utara dalam keadaan darurat. Aku dan seorang anak kecil terjebak di sini. Sistem keamanan laser mengunci seluruh distrik. Bisakah kau meretasnya?"

"Laser? Kau bercanda? Itu salah satu protokol paling ketat," jawab Magi dengan nada skeptis. "Tapi… aku akan mencoba. Beri aku waktu. Sementara itu, kirimkan lokasimu dan cari jalan keluar teraman."

Light mengangguk, meskipun Magi tidak bisa melihatnya. "Aku akan mengirimkan koordinat sekarang. Terima kasih, Magi."

Setelah berkoordinasi dengan Magi, Light dan Ezora bersiap untuk perjalanan keluar. Mereka membawa apa yang bisa mereka gunakan dari laboratorium. Ketika mereka menyusuri lorong bawah tanah menuju pintu keluar, Ezora tiba-tiba berhenti.

"Tunggu! Aku mendengar sesuatu," katanya dengan suara kecil.

Light memiringkan kepalanya, mendengarkan. Dari kejauhan, terdengar suara rintihan lemah. Ezora segera mengenalinya. "Itu Asharu! Dia teman sekelasku!"

"Tidak mungkin…" Light mencoba menghentikannya, tetapi Ezora sudah berlari ke arah suara itu. Dengan berat hati, Light mengikuti.

Mereka menemukan Asharu terbaring lemah di sudut ruangan gelap. Luka-luka memenuhi tubuhnya, dan napasnya terdengar berat.

"Tolong, bantu dia," pinta Ezora, menatap Light dengan penuh harap.

Light menghela napas sebelum berlutut di samping Asharu. Dengan tangannya, dia memanipulasi energi di sekitarnya, menutup luka-luka Asharu sedikit demi sedikit. Meskipun itu melelahkan, dia berhasil membuat Asharu cukup stabil untuk berjalan.

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara menggelegar terdengar. Dari bayangan, muncul entitas misterius dengan tubuh hitam legam dan mata merah menyala. Makhluk itu menatap mereka dengan niat yang jelas: menghancurkan.

"Ezora, bawa temanmu ke koordinat yang sudah kita tentukan. Sekarang juga!" perintah Light tegas.

"Tapi…" Ezora ragu.

"Pergi!" bentak Light. Ezora akhirnya menurut, membawa Asharu menjauh sementara Light menghadapi makhluk itu sendirian.

Pertarungan pun dimulai. Makhluk itu menyerang dengan kecepatan luar biasa, tentakel tajamnya hampir mengenai Light. Namun, Light dengan gesit menghindar, melompat dan membalas dengan tendangan keras yang membuat makhluk itu mundur.

Makhluk itu kembali menyerang, kali ini dengan energi gelap yang meledak di sekitar mereka. Light mengerahkan seluruh kemampuannya, memanipulasi energi untuk menciptakan penghalang sementara. Dia menggunakan celah itu untuk menyerang balik, melukai makhluk tersebut.

Namun, makhluk itu tidak menyerah. Ia kembali menyerang dengan lebih ganas. Light mulai terpojok, tetapi dengan kecerdasannya, dia berhasil memanfaatkan lingkungan sekitar, menjatuhkan puing-puing di atas makhluk itu. Dalam serangan terakhirnya, Light menggunakan energi penuh untuk menghancurkan makhluk itu sepenuhnya.

Sementara itu, Ezora dan Asharu tiba di koordinat yang ditentukan. Ezora gelisah, menatap ke arah lorong tempat Light pergi. "Kenapa dia belum kembali?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.