Dunia Masa Depan

Chapter 7: Chapter 7: Harta Karun



Di Dalam Gua Menyeramkan

Di dalam gua tersebut terdapat banyak sekali tulang belulang berserakan. Di antara tulang-tulang itu, terlihat mayat-mayat yang mirip manusia, tetapi tubuh nya lebih tinggi dan kurus. Mayat-mayat tersebut membusuk, menyebarkan aroma bau yang menusuk hidung.

Di sudut gua, Tampak sebuah peti kuno yang menarik perhatian Roby dan timnya. Namun, sebelum mereka mendekati peti itu, tiba-tiba kapten mereka, wolf, berteriak, "semuanya!jangan lengah!"

Dari balik kegelapan, Muncul ratusan mahluk menyerupai goblin. Beberapa di antaranya mencapai tinggi tiga meter. Mereka membawa tombak panjang dengan ujung yang tajam menyerupai pisau.suasana gua menjadi kacau.

"!bang bang! bang!"

Wolf menembakan senjata nya ke arah goblin-goblin tersebut kepala salah satu goblin pecah, darah dan otak nya berhamburan ke tanah.

"Habisi mereka! Jangan biarkan satu pun hidup!" Teriak wolf memberi perintah.

Roby menghunuskan pedang bercahaya biru dan menebas kepala salah satu goblin, membuatnya menggelinding ke tanah. Namun situasi menjadi genting ketika seekor goblin raksasa mengeluarkan raungan membengkakan telinga.

"Aaaaaarg!"

Raungan itu mengguncang gua. Para pemburu menembakinya, tetapi goblin raksasa itu tidak terluka. Dengan satu ayunan tangan besar, ia melayangkan beberapa anggota tim, membuat mereka terhempas dinding gua.

Wolf maju ke depan, mengeluarkan pedang bercahaya merah miliknya. Dengan gerakan gesit, dia melewati kaki goblin raksasa, kemudian melompat dan menebas punggungnya. Darah bercucuran dari luka itu, tetapi goblin masi berdiri.

"Bang! Bang! Bang!"

Wolf terus menyerang, akhirnya membuat goblin itu tumbang.tidak berhenti sampai di situ, wolf menembak berkali-kali hingga tubuh goblin itu hancur menjadi serpihan daging menjijikkan.

Setelah pertempuran sengit, Roby dan yang lainnya berhasil membantai semua goblin. Nafas mereka terengah-engah, tetapi rasa lega terlihat di wajah mereka.

"Kita berhasil!" Teriak salah satu pemburu harta Karun.

Wolf mendekati peti Kuno itu, membuka penutup nya dengan hati-hati di dalamnya, terdapat bola kristal biru yang bercahaya terang. Semua tertegun melihat pemandangan itu.

...

Di Rumah Mori

Di rumahnya, Mori berdiri di ruang tamu sambil memandangi jam teleportasi di pergelangan tangannya. "Aku benar-benar berpindah tempat... alat ini sangat luar biasa," gumamnya sambil tersenyum.

Untuk menguji kemampuannya, Mori membayangkan kembali ke laboratorium ayahnya. Tubuhnya perlahan menghilang, dan dalam sekejap, dia sudah berdiri di depan Arthur Smith, ayahnya.

"Alat ini benar-benar canggih," ucap Mori kagum.

Arthur tersenyum puas. "Ini masih dalam tahap uji coba. Oh, aku hampir lupa. Nanti malam sepupumu, Viktor, akan menikah. Jangan lupa datang," katanya santai.

Mori mengangguk. "Baik, aku akan datang," jawabnya sambil mencoba mengingat siapa Viktor dari ingatan Mori yang asli.

---

Pesta Pernikahan Viktor

Pukul 19:00, Mori sudah bersiap dengan pakaian rapi: kemeja putih, tuksedo hitam, dan dasi kupu-kupu. Dia berangkat menuju rumah mewah bertingkat dua, tempat pesta digelar.

Setibanya di sana, Mori membuka pintu dan memasuki ruangan besar penuh tamu yang menari dan berbincang. Musik biola terdengar merdu, mengiringi suasana pesta.

Viktor, pria berambut hitam pendek yang disisir rapi, segera menyambut Mori. Di sampingnya, berdiri seorang wanita cantik berambut hitam berkilau mengenakan gaun pengantin yang mewah.

"Selamat datang, Mori. Lama tidak bertemu," sapa Viktor dengan senyuman.

Mori mengulurkan tangan. "Selamat atas pernikahanmu," ucapnya kepada Viktor dan mempelai wanita.

Tidak lama, seorang pria tampan bermata biru bernama Luis bergabung dengan mereka. "Hey, Mori. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" tanyanya ramah.

"Baik," jawab Mori singkat sambil tersenyum.

Viktor tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, kapan kalian akan menikah?" tanyanya sambil menyesap minuman.

Luis hanya tertawa. "Aku masih lajang."

Viktor beralih ke Mori. "Bagaimana denganmu, Mori?"

Mori mempertahankan senyumnya. "Aku juga masih lajang."

Percakapan berlanjut, tetapi Mori lebih banyak diam, memperhatikan tamu-tamu yang menari dan berbincang tanpa lelah. Ia memegang gelas anggurnya, merasa sedikit canggung di tengah keramaian.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.