Chapter 6: Chapter 6: Mencari Pekerjaan
Kepulangan Mori
Setelah berhasil mengalahkan alien, Mori memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Sementara itu, Roby berangkat ke luar angkasa untuk mencari harta karun alien.
Setibanya di rumah, Johan yang kini menganggap dirinya sebagai Mori duduk di sofa ruang tamu sambil memikirkan tawaran Roby untuk bergabung menjadi pemburu harta karun. Tiba-tiba, seorang perempuan cantik berambut pirang keluar dari kamar.
"Eh, Kakak sudah pulang? Ke mana saja kau?" tanya perempuan itu, Selena, adik Mori.
Mengandalkan ingatan Mori, Johan menjawab santai, "Aku sedang mencari pekerjaan."
"Sudah dapat?" tanya Selena penasaran.
Johan berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku akan bergabung dengan Roby menjadi pemburu harta karun alien."
"Heh, akhirnya kau dapat pekerjaan juga. Tapi pekerjaan itu berbahaya! Lebih baik kau jadi ilmuwan seperti Ayah saja," kata Selena sambil menatap Mori serius.
"Tapi pekerjaan seperti itu tidak cocok untukku. Aku bahkan tidak bisa memperbaiki jam tangan," jawab Johan dengan nada mencela diri sendiri.
Selena mendengus. "Dasar. Kalau begitu, pekerjaan apa yang cocok untukmu? Coba saja dulu. Tapi, ingat, pemburu harta karun itu berbahaya. Sudahlah, aku mau ke sekolah. Oh iya, hampir lupa. Ayah menyuruhmu membantunya hari ini."
Setelah mengatakan itu, Selena pun keluar menuju pintu dan berangkat ke sekolah.
"Membantu Ayah? Di mana ya?" gumam Johan. Beberapa detik kemudian, ingatan Mori muncul. "Oh, di sudut kota."
Johan segera menuju kamar mandi di lantai dua untuk membersihkan diri. Setelah mandi, ia mengenakan kaus merah dan celana panjang, lalu bergegas menuju laboratorium ayahnya menggunakan mobil listrik.
Perjalanan Menuju Laboratorium
Di dalam mobil, Johan menekan tombol sesuai ingatan Mori. Tiba-tiba, mobil itu mengeluarkan sayap seperti pesawat tempur.
"Keren! Dunia ini memang masa depan. Sangat berbeda dengan duniaku sebelumnya," gumam Johan kagum. Mobil itu meluncur cepat ke udara seperti pesawat tempur.
"Hebat! Ini luar biasa!" seru Johan, menikmati pengalaman mengendarai mobil terbang.
Di Laboratorium Ayah
Setelah beberapa saat, Johan sampai di sebuah gedung tinggi. Ia masuk ke dalam dan melihat banyak robot yang mirip manusia sedang sibuk bekerja menciptakan teknologi canggih.
"Mori, akhirnya kau datang juga," panggil sebuah suara.
Johan menoleh dan melihat pria paruh baya berambut pirang acak-acakan dengan kacamata berbingkai emas. Itu adalah ayah Mori, Arthur Smith.
"Ayo bantu Ayah menciptakan penemuan baru," katanya penuh semangat.
"Penemuan? Seperti apa?" tanya Johan, mencoba antusias.
"Kali ini Ayah akan membuat alat teleportasi agar kita bisa pergi ke mana saja tanpa membuang waktu," jawab Arthur dengan tenang.
"Seperti pintu ke mana saja?" pikir Johan, tersenyum kecil.
"Ayo, penemuan ini harus selesai hari ini. Jangan buang-buang waktu," desak Arthur sambil membawa Johan ke sebuah ruangan penuh teknologi canggih.
Arthur menunjuk ke sebuah jam tangan dalam kotak kaca. "Ini dia, penemuan terbaru Ayah—jam tangan teleportasi!"
Johan menatap jam tangan itu dengan mulut sedikit terbuka. "Jam tangan?" tanyanya heran.
"Ini bukan jam biasa. Dengan ini, kau bisa berpindah ke mana saja hanya dengan membayangkannya," jelas Arthur.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?" tanya Johan, menekan rasa ragu.
"Kau akan jadi orang pertama yang mencobanya," jawab Arthur santai.
"Hah? Jadi aku kelinci percobaan? Apa ini aman?" Johan sedikit panik.
Arthur tertawa. "Jangan khawatir, ini aman. Sekarang, coba pakai jam tangan itu."
Dengan ragu, Johan membuka kotak kaca dan memasang jam tangan itu di lengan kirinya.
"Bayangkan tempat yang ingin kau tuju, lalu tekan tombol di sisi jam itu," kata Arthur sambil mengawasinya.
---
Petualangan Roby di Planet Asing
Sementara itu, di planet yang mirip dengan Bumi, Roby bersama tim pemburu harta karun menjelajahi sebuah gua kuno. Mereka mengenakan baju logam seperti robot untuk perlindungan.
Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh kekar bernama Wolf, berdiri di depan dan memberikan perintah tegas.
"Baiklah, semuanya! Bersiap-siap. Jangan lengah! Mungkin ada makhluk berbahaya di dalam," teriak Wolf.
"Siap, Kapten!" jawab Roby dan anggota tim lainnya serempak.
Wolf memasuki gua lebih dulu, diikuti oleh Roby dan timnya.