Chapter 4: Pagi Hari
Pagi hari, layaknya sebuah kekasih. Hana yang telah melewati
malam yang sangat intens. Tertidur lelap di bagian dada bidang milik Ryuichi.
Mereka berdua telanjang, hanya selimut yang menutupi kedua tubuh mereka.
Payudara Hana yang memiliki bekas gigitan terlihat.
Gadis itu mengerang pelan, bulu matanya yang lentik bergetar
dan dia membuka mata dengan lesu. Bisa di lihat ada sedikit bayangan hitam di
bawah matanya. Dia tidak tidur semalaman, mereka melakukannya sampai jam 5
pagi. Dan tidur selama dua jam. padahal mereka harus segera berangkat Sekolah.
Hana menengadah untuk melihat wajah tidur Ryuichi, yang
tanpa di sadari wajahnya sedikit memerah.
"Ternyata dia cukup tampan jika di lihat lebih
dekat."
Bukannya marah atau memukul pria yang sudah menerobos
rumahnya dan memperkosanya, Hana malah mengelus lembut pipi dari Ryuichi.
"Ughh ..." Dia mengerang hanya untuk menuju posisi
duduk, seluruh tubuhnya benar-benar sakit. Pinggangnya juga sangat pegal.
Karena pagi hari, meskipun menyakitkan, dia harus pergi ke kamar mandi untuk
buang air kecil.
Namun karena pergerakan nya, penis milik Ryuichi berdiri
tegak terekspos. Membuat wajahnya sedikit memerah, dia tanpa sadar menyentuh
penis itu.
"Uhh ..."
Ryuichi sedikit mengeluarkan erangan kecil di tidur nya,
berhasil membuat Hana terkejut.
Hana menggelengkan kepalanya, jika dia malah melakukannya
lagi. Dia tidak akan ada waktu untuk pergi ke sekolah.
Mengingat apa yang di lakukan Ryuichi tadi malam, membuat
tubuhnya memanas. Ryuichi membuat nya meminum air liur, meludah di mulut nya
seolah itu adalah tempat sampah, menyuruh nya membersihkan penis kotor nya,
membuat gadis itu menjilati lubang anus nya. Dan banyak lagi hal kejam yang di
lakukan Ryuichi. Tapi anehnya, gadis itu tidak bisa membenci nya.
Vagina nya yang terasa sakit karena di pakai semalaman,
berkedut kasar.
Dia kembali menggeleng dan beranjak dari ranjang. Kakinya
gemetar hebat hanya untuk menahan tubuhnya berdiri, rasa sakit di vagina nya
bisa terasa sangat hebat. Punggung nya yang terasa sangat pegal membuat postur
nya sedikit membungkuk ke depan.
Dia menatap sosok nya sendiri di cermin, dan tersenyum
masam. Dia seperti melihat seorang nenek-nenek yang berusaha untuk melangkah
kan kakinya saja.
"Sial, dia benar-benar iblis." Hana mengambil air
minum yang ada di meja kecil dekat ranjang nya. Berusaha sebaik mungkin untuk
tidak membangunkan Ryuichi. Suaranya sangat serak dan hampir hilang karena
sedari malam dia mendesah dan berteriak.
Karena itu, saat air mengalir ke tenggorokan nya. Itu
benar-benar sangat menyejukkan.
Dia berjalan dalam keadaan telanjang ke kamar mandi.
Sedangkan itu, Hana yang sudah pergi menuju toilet. Ryuichi
baru bangun dan mendapatkan gadis itu telah hilang dari pelukannya.
Berbeda dengan Hana yang memiliki tatapan lesu, Ryuichi
malah merasa sangat segar.
"Itu adalah malam yang intens." Dia bangun dan
meregangkan tubuhnya dengan senyum cerah, sedikit menguap.
Dia tidak sabar ingin tidur dengan gadis gadis cantik
lainnya.
Dia melihat ada air di samping meja kecil dekat ranjang dan
mengambil wadahnya, langsung meminum semuanya karena rasa haus nya yang tidak
bisa di tahan.
Ada smartphone yang berdering di atas meja kecil itu.
Tertulis nama Kimura Eiji-kun di sana.
"Kimura? Wakil ketua OSIS? Oh, kalau tidak salah dia
sekelas dengan Hana."
Mengabaikan itu, dia beranjak dari ranjang dan mencari kamar
mandi karena rutinitas pagi nya sudah mencapai batas.
Karena dia tidak tau tata letak dari apartemen ini, Ryuichi
sedikit kesulitan mencarinya.
Namun dia akhirnya membuka pintu yang tepat. Saat di buka,
teriakan serak yang melengking dari seorang gadis terdengar.
"Hoho." Ryuichi menyeringai menatap ke arah
selangkangan Hana yang mengeluarkan cairan kekuningan.
"Apa yang kau lakukan! Keluar!!" Wajah Hana sudah
terdistorsi malu. Dia juga secara mendadak menghentikan cairan kuning yang
keluar dari selangkangan nya. Dia secara refleks menutup rapat kedua paha nya
dan menutupnya menggunakan kedua tangannya.
"Kau sedang buang air kecil? Tapi aku juga sudah tidak
tahan." Ryuichi menyeringai kecil sembari mengelus kemaluan nya.
"Tunggulah sebentar lagi! Aku akan selesai!"
Ryuichi, dengan sifat brengsek nya. Sesuatu terlintas di
dalam kepalanya.
"Yah, bagaimana kalau kita buang air kecil
bersama?"
"Eh apa? Apa kau gila!?"
Tapi tidak memperdulikan makian Hana, Ryuichi berjalan
perlahan ke arah Hana.
"J-jangan mendekat!"
"Ayo, kita buang air kecil bersama Hana-chan. Kalau
begitu buka mulutmu yang lebar."
Wajah Hana terkejut bukan main, dia memiliki wajah yang
pucat setelah mendengar perkataan Ryuichi.
"Tunggu! Tidak mungkin kau benar-benar akan melakukan
nya!" Hana berusaha menjauh, namun dia tidak bergerak dari posisi nya dari
dudukan toilet karena tempatnya dia sudah mentok di ujung.
"Jangan terlalu banyak melawan Hana." Ryuichi
menyeringai, dia sangat bersemangat. Tidak pernah sekalipun terlintas kalau dia
akan dapat melakukan hal seperti ini.
Karena posisi Hana yang duduk, penis Yuichi yang setengah
berdiri berada tepat di depan wajahnya. Hana sudah tau apa yang akan terjadi.
Ryuichi membuka mulut Hana dengan lembut, bisa saja Hana
melawan. Namun karena dorongan dari Ryuichi, dia membuka mulutnya sesuai dengan
arahan tangan Ryuichi.
Ryuichi memasukan penis nya hingga seluruh batang itu
tertanam di mulut Hana.
"Kau siap Hana?"
Hana tidak menjawab, dia hanya sedikit melebarkan kembali
kakinya untuk menyelesaikan rutinitas paginya yang terhambat oleh Ryuichi.
Mata Hana hampir memutih ketika air yang lebih cari dari
pada air mani masuk ke dalam tenggorokan nya. Karena kecepatan menelan dan
keluar nya urin Ryuichi tidak singkron, itu meluap hingga keluar dari bagian
sisi mulut Hana. Cairan kekuningan itu mengalir melalui dagu dan payudara Hana.
"Ughh, buang air kecil di mulut ketua OSIS memang lah
yang terbaik."
Hana tidak dapat dengan jelas mendengar perkataan Ryuichi,
Vagina nya juga mengeluarkan cairan kekuningan sama halnya dengan Ryuichi.
"Fiuhhh, itu benar-benar menyegarkan." Ryuichi
sedikit menarik penis nya hingga hanya kepala penis nya yang masih terkubur
dalam mulut Hana.
"Tunggu lah, masih ada yang akan tersisa keluar."
Hana tidak menjawab tapi mematuhi Dan benar saja, ada
beberapa cairan lagi yang keluar. Itu hanya sedikit di bandingkan sebelumnya.
"Hah, itu sudah semuanya. Kau bisa membersihkan
nya." Ryuichi menghela nafas lega.
Hana mulai menjilati kepala kemaluan yang masih ada di dalam
mulutnya dengan patuh. Rasa asin dan pahit menyebar melalui mulutnya.
"Yah itu sudah selesai, tapi penis ku malah menjadi
keras."
Ryuichi mengentak kembali penis nya ke dalam mulut Hana
hingga terkubur sepenuhnya. Gadis itu membulatkan matanya dengan air mata yang
mengalir. Tenggorokan nya di tabrak berkali-kali. Dan air mani segar di pagi
hari mengalir kembali melalui tenggorokan nya.
"Fuahh, hah, hah, hah, kau ... Yang terburuk. Bajingan,
sampah."
"Ya, ya, kalau begitu ayo kita mandi bersama. Kita akan
telat pergi ke sekolah jika terus seperti ini."
Hana mengeram sesaat, namun mengangguk patuh dengan
perkataan Ryuichi. Mereka berdua pindah ke kamar mandi lain untuk membasuh
tubuh, saling membasuh satu sama lain meskipun Ryuichi sesekali menggodanya.
"Ahh, ini benar-benar nyaman." Ryuichi menghela
nafas saat dia menyandarkan tubuh nya di bathtub yang cukup besar untuk
berendam. Sedangkan Hana juga menikmati berendam air hangat dengan bersandar di
dada Ryuichi.
Ryuichi bisa melihat keindahan payudara gadis itu saat
bersandar di dadanya, penis nya juga menyentuh punggung Hana. Dia melihat ke
sekujur tubuh Hana. Terdapat banyak bekas gigitan yang telah dia berikan.
"Bagaimana kau akan menyembunyikan bekas gigitan yang
ada di leher?"
"Dan karena siapa itu?" Hana menggeram sedikit
menengok ke belakang untuk menatap Ryuichi. Dia juga menyentuh lehernya yang
terdapat bekas gigitan dan hisapan yang tidak hilang. Hana menghela nafas.
"Aku mungkin akan menggunakan syal untuk
menutupinya."
Entah kenapa suasana saat ini sedikit lebih santai di
bandingkan sebelumnya, pikir Ryuichi.
"Ya, suara mu juga serak dan hampir hilang. Jadi mereka
akan berpikir kalau kau sedang dalam kondisi sakit."
"Dan salah siapa itu!?" Tatapan tajam Hana kembali
di arahkan pada Ryuichi.
"Salahkan dirimu yang terlalu banyak mendesah dan
berteriak." Ejek Ryuichi.
"Kuhh!" Hana tidak menjawab, hanya menggeram
kesal.
"Yah lupakan itu, aku ingin bertanya. Bagiamana rasa
urin ku?"
Hana tersentak dan menggertakan giginya.
"Itu sangat menjijikan."
"Aku tidak menanyakan pendapatmu, aku bertanya tentang
rasa nya."
Hana mengigit bibir bawahnya dengan kesal, mengalihkan
pandangannya ke arah lain dengan malu.
"Itu sedikit asin dan pahit." Lirih nya dengan
wajah merah.
Ryuichi memeluk Hana dari belakang dan menikmati kenyamanan
gadis itu, menyandarkan kepala nya di pundak Hana dengan nyaman.
"Jadi rasanya asin ya, ku pikir kau akan menyukai
nya."
"Tidak mungkin aku kan menyukai hal menjijikan seperti
itu." Balas Hana dengan ekspresi jijik, melirik ke arah Ryuichi yang
bersandar di pundaknya.
Ryuichi hanya sedikit terkekeh.
"Lalu bagaimana dengan rasa air maninya."
Hana kembali mengalihkan pandangannya dari Ryuichi.
"Haruskah aku mengatakan nya." Lirih Hana dengan
malu.
"Ya, aku ingin mengetahui nya."
"Itu ... Manis. "
"Hoh." Ryuichi menyunggingkan senyum nya.
"Aku belum selesai bicara!!" Teriak Hana dengan
wajah merah.
"Itu ... Itu manis dan pahit di saat yang bersamaan,
juga ada sedikit rasa masam di dalamnya." Wajah nya kian memerah, tidak
mungkin dia memberitahu Ryuichi kalau dia sangat menyukai air mani miliknya.
"Ahhh."
Ryuichi mengelus lembut payudara Hana.
"Apa kau menyukai nya?"
"Sudah ku bilang tidak mungkin aku menyukai hal-hal
seperti itu!"
"Jujurlah Hana."
"Aku bilang tidak ... Mhhh." Hana dengan tegas
masih menolak untuk memberikan kebenaran di selingi desahan Karena rasangsan di
payudara nya.
"Heh, benar-benar keras kepala." Ryuichi
memberikan Hana ciuman yang dalam. Hana tidak menolak nya. Dia juga mengikuti
alur yang di berikan Ryuichi dan saling mengaitkan lidah.
Untuk saat ini, itu adalah ciuman mesra seperti sepasang
kekasih. Hana juga tidak mengerti kenapa Ryuichi begitu lembut saat ini, dia
merasa sedang bersama orang yang berbeda dari pada Ryuichi yang semalam.
"Hah, kita akan terlambat jika terus seperti ini."
"Yah, itu cocok dengan siswa teladan seperti mu yang
menipu banyak orang."
"A-apa maksudmu."
"Tidak di pungkiri kalau kau rajin dan pintar, tapi kau
benar-benar menyembunyikan sisi masokis mu dengan sangat baik."
Wajah Hana memerah saat mendengar perkataan Ryuichi.
"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan. Aku
akan pergi terlebih dahulu."
Hana bangkit dari bathub dan berjalan keluar setelah
melilitkan tubuhnya dengan handuk. Sedangkan Ryuichi hanya menatapnya dengan
sedikit senyuman. Dia juga bangkit dari bathub dengan handuk yang sudah di
siapkan Hana.
Dia sudah menyiapkan seragam sekolah nya di tas yang dia
bawa. Dan yang mengejutkan adalah sarapan yang di buat Hana sangat enak.
"Lalu, apa ini?"
"Itu bento." Balas Hana singkat tanpa menatap
Ryuichi dan fokus pada sarapannya.
"Ya aku tau, tapi kenapa kau membuatkan ku bekal."
Alis Hana berkerut, dia hendak merebut bento yang ada di
sini Ryuichi. Namun Ryuichi segera mengambilnya agar tidak di ambil kembali
oleh Hana.
"Kembalikan jika tidak mau."
"Ketua OSIS kita benar-benar galak, oke aku akan
menyimpan nya untuk makan siang."
"Hmph."
Seperti yang di katakan Hana sebelumnya, dia menggunakan
syal untuk menutupi lehernya. Dia juga menggunakan stoking yang panjang untuk
menutupi seluruh bagian paha nya yang terdapat bekas gigitan. Untuk bercak
gelap di bawah matanya, karena tidak terlalu kelihatan. Dia sedikit menggunakan
make up untuk lebih menyamarkan nya. Sisanya hanya suara nya saja yang serak
seperti orang yang sedang sakit. Sementara tangannya, karena dia menggunakan
blazer. Jadi dia tidak perlu repot-repot melakukan hal lain.
Hana melihat ke arah jam.
"Ugh, aku terlambat."
"Apa yang kau katakan, masih ada waktu setengah jam
lagi sebelum sekolah di mulai. Perjalanan juga tidak akan memakan waktu lebih
dari 30 menit."
Hana menatap Ryuichi dengan senyum remeh."Itu untuk mu,
tapi tidak dengan ku. Aku harus tiba lebih awal di bandingkan murid-murid
seperti mu."
Sialan. Ryuichi tersenyum masam, entah kenapa gadis ini
seperti sedang merendahkan nya. Mengabaikan itu, dia kembali memulai
sarapannya.
Hana mengerutkan alis nya dengan kesal.
"Ada apa?" Tanya Ryuichi heran.
"Tidak ada ..." Balas nya singkat.
"Oh benar, tadi Kimura wakil ketua OSIS menelpon
mu."
"Kimura-kun? Apa kau mengangkat panggilan nya!?"
Hana berteriak terkejut.
"Tidak, aku membiarkan itu."
"Fiuhh." Hela nafas lega Hana, yang membuat
Ryuichi penasaran.
"Apa hubungan mu dengan Kimura?"
"Tidak ada."
"Oh."
Hana memikirkan sesuatu yang menarik, dia tersenyum tipis
menatap Ryuichi.
"Lagian jika aku berhubung dengan nya itu tidak ada
hubungannya sama sekali dengan mu."
"Hoh." Ryuichi menarik seringai nya, dia tau kalau
Hana saat ini sedang memprovokasi dirinya.
"Tapi tidak dapat di pungkiri kalau Eiji-kun memang
tampan, dia juga pintar dan bertalenta di bidang olahraga." Hana seolah
sedang berusaha membuat pacarnya cemburu. Namun Ryuichi hanya tersenyum
mendengar itu, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mengitari meja bundar
kecil itu dan duduk di sebelah Hana.
"Apa? Apa aku salah!?" Hana semakin melebarkan
senyuman provokasi nya. Ryuichi mengambil rambut Hana dengan lembut dan
mengelusnya menggunakan ibu jarinya.
"Tidak, kau tidak salah sama sekali."
Dia kemudian mendekatkan mulutnya di telinga Hana.
"Tapi kau harus mengetahui ini, dari ujung rambut
hingga ujung kaki. Kau adalah milikku. Aku tidak akan biarkan orang lain
menyentuh apa yang telah menjadi milikku." Seringai Ryuichi.
Untuk sesaat, Hana merasakan tulang punggung nya berderik
merasakan perasaan takut karena perkataan dingin yang di keluarkan oleh
Ryuichi.
"Kau ... Kau tidak memiliki prestasi apapun di
bandingkan Eiji-kun. Aku bisa dengan bebas memilih dengan siapa aku
berhubungan, lagian Eiji-kun lebih tampan dari mu. Apa kelebihan mu sehingga
sangat percaya diri di bandingkan dengan Eiji-kun."
Ryuichi menarik senyum nya."Tentu saja, membuatmu
mendesah di atas ranjang."
Wajah Hana yang sebelum nya menekan rasa takutnya untuk
memprovokasi Ryuichi lebih jauh, kini menjadi merah cerah.
"Kau bajingan!" Hana menggeram pelan menatap tajam
Ryuichi dengan wajah merah.
Setelah menyelesaikan sarapan mereka, dan menuju ke sekolah.
Ryuichi dan Hana berpisah agar tidak terlalu mencurigakan. Apa yang akan
terjadi saat orang lain melihat Ryuichi yang biasa saja dan ketua OSIS yang
memiliki prestasi yang tak terhitung jumlahnya.