Chapter 7: -Perang yang Mendekat-
Kabut ungu pertama muncul di Distrik Utara, menandai kehancuran dinding laser yang selama ini menjaga dan mengisolasi kawasan itu. Kini, Erura menyebar seperti wabah ke seluruh penjuru dunia. Namun, makhluk-makhluk ini hanya muncul di malam hari, dan selalu didahului oleh kabut berwarna ungu yang menjadi peringatan kehadiran mereka.
Pemerintah bekerja keras mengumpulkan data statistik korban, yang terus bertambah setiap malam. Data-data ini mengalir ke meja para pemimpin negara, mengisi laporan harian yang tidak pernah menjanjikan kabar baik.
Di sebuah ruangan besar dengan meja bundar yang dilengkapi layar holografis, para pemimpin negara Kyria berkumpul. Kai Antralyzeford, presiden Kyria, duduk di kursi utama. Wajahnya tegang namun tetap memancarkan ketegasan. Di sebelahnya, berdiri Jenderal Hyra Eiffel, pria dengan tatapan tajam dan postur tegap yang mencerminkan pengalaman panjangnya di dunia militer. Aaron Voss, Menteri Pertahanan, terlihat gelisah, namun pandangannya dipenuhi tekad.
"Kita kehabisan waktu," kata Aaron, suaranya mantap. "Jumlah pasukan yang kita miliki tidak cukup untuk melindungi setiap distrik. Jika Erura terus menyebar, seluruh negara akan jatuh dalam waktu kurang dari sebulan."
Hyra membantah dengan nada tegas. "Anda tidak bisa memutuskan tanpa mempertimbangkan dampaknya. Apa yang Anda usulkan, Tuan Aaron, itu adalah tindakan putus asa yang akan menghancurkan masa depan generasi kita."
Aaron menatap Hyra dengan tajam. "Dan apa pilihan kita? Duduk dan menunggu? Wajib militer untuk remaja usia 15 tahun ke atas adalah solusi tercepat yang bisa kita ambil untuk memperkuat pertahanan."
Hyra mengepalkan tangannya di atas meja. "Mengirim anak-anak ke garis depan sama saja dengan pembantaian. Kita seharusnya melindungi mereka, bukan menjadikan mereka tameng hidup!"
Kai mengangkat tangan untuk menghentikan perdebatan yang semakin memanas. "Cukup," katanya dengan nada rendah namun penuh wibawa. "Kita tidak punya banyak pilihan, tapi keputusan ini tidak akan diambil dengan gegabah. Saya akan menyetujui pembukaan akademi militer untuk usia 15 tahun ke atas. Mereka akan dilatih dengan baik sebelum diterjunkan."
Hyra menggelengkan kepala, tetapi ia tahu perdebatan ini sudah berakhir. Kai melanjutkan, "Saya akan menyampaikan pengumuman ini secara resmi. Segera persiapkan penyebaran informasi ke seluruh distrik."
Pada malam harinya, seluruh distrik menerima pengumuman resmi dari Presiden Kai. Dalam pidato singkatnya yang disiarkan melalui hologram di setiap sudut distrik, ia berkata:
"Rakyat Kyria, kita menghadapi ancaman yang belum pernah kita temui sebelumnya. Untuk melawan Erura, kita membutuhkan keberanian dan pengorbanan dari setiap warga negara. Mulai hari ini, kami membuka Akademi Militer Kyria untuk melatih generasi muda agar dapat menghadapi ancaman ini. Ini bukan keputusan yang diambil dengan mudah, tetapi demi kelangsungan hidup kita semua. Bersama, kita akan melawan dan bertahan. Kyria tidak akan runtuh."
Di markas Lost, suasana mencekam menyelimuti. Berita tentang pembukaan akademi militer membuat banyak anggota gelisah. Light, menggunakan nama samaran Ray Zereth, mengumpulkan peralatan di kamarnya. Ia tahu apa yang harus dilakukan: berbaur dengan para kadet sebagai agen ganda.
Ezora duduk di sudut ruangan, memeluk lututnya dengan raut cemas. "Apa Kakak harus pergi?" tanyanya pelan.
Light berhenti memasukkan perlengkapan ke dalam tasnya. Ia berlutut di depan Ezora. "Aku harus pergi, Ezora. Kalau aku tidak pergi, kita tidak akan tahu apa yang direncanakan pemerintah. Lost membutuhkan informasi itu untuk melindungi dunia."
"Tapi aku takut," kata Ezora, matanya mulai berkaca-kaca. "Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu?"
Light menghela napas panjang. Ia membuka laci meja dan mengeluarkan dua senapan jarak jauh kecil yang telah dimodifikasi. Ia menyerahkan satu kepada Ezora dan satu lagi kepada Asharu, yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Ini untuk kalian berdua. Aku tahu kalian tidak ingin melukai siapa pun, tapi ini untuk berjaga-jaga. Senapan ini bisa melumpuhkan target tanpa membunuhnya. Pelajari cara menggunakannya, oke?"
Asharu menerima senapan itu dengan tangan gemetar. "Kenapa Kakak memberikan ini pada kami?"
"Karena aku percaya pada kalian," jawab Light. "Dan karena aku tidak bisa selalu ada untuk melindungi kalian."
Ezora memegang senapan itu erat-erat, berusaha menahan air matanya. "Kak Light harus janji akan kembali."
Light tersenyum tipis. "Aku janji."
Hari keberangkatan Light tiba. Di luar markas Lost, sebuah kendaraan kecil telah dipersiapkan untuk membawanya ke Distrik Pusat, tempat akademi militer baru akan dibuka. Sebelum naik ke kendaraan itu, Light memandang Ezora dan Asharu untuk terakhir kalinya.
"Jaga diri kalian," katanya. "Dan ingat, kita tidak pernah benar-benar sendirian. Lost adalah keluarga kita."
Ezora hanya mengangguk, terlalu emosional untuk berkata apa-apa. Asharu, meskipun tampak lebih tegar, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
"Hati-hati di sana, Kak Light," katanya. "Atau... Kak Ray."
Light tersenyum. "Aku akan berhati-hati." Dengan itu, ia masuk ke dalam kendaraan dan pergi, meninggalkan Ezora dan Asharu yang hanya bisa berdoa agar ia kembali dengan selamat.
Di dalam kendaraan, Light mempersiapkan dirinya untuk peran barunya sebagai kadet di akademi militer. Meskipun ia tahu misinya penuh risiko, ia juga tahu bahwa masa depan Kyria dan Lost bergantung padanya.
Di luar, langit mulai gelap, menandakan malam yang akan datang. Dan dengan setiap malam yang berlalu, ancaman Erura semakin mendekat.