Chapter 27: Kesibukan Menyambut Ramadhan : Persiapan dan Kebersamaan di Pesantren
Masih Di Depan Masjid Pesantren Darussalam..
"Saha anu iri da mil, aa henteu iri kalawan anjeun, aa mung hoyong ngageuing wae, lamun.." jawab Fitra.
"Menawi sadurung menjadi suami uga istri mboten angsal berduaan lama-lama amargi mengundang tiyang dhateng telu, tiyang dhateng telu punika ing sebut kaliyan setan nggih kan a, aa kersa ngomong kados punika ta?" tanya Rivan yang memotong perkataan Fitra.
"Nah itu tahu." kata Riko.
"Em.. Iya dah yang sudah menikah, hehe.." kata Kamil dan Rivan bersamaan.
Di Asrama Putri..
" Tak terasa ya besok sudah puasa, biasanya bapak yang selalu bangunin aku bangun untuk makan sahur, sekarang aku makan sahur di pesantren dan yang bangunin kakak senior di pesantren ini. " Titah memikirkan sesuatu.
"Makannya jangan buat bapak jengkel, rasakan kan kamu sekarang." ~ Pak Nano.
"Waduh bapak, kapan datangnya pak?" ~ Titah.
"Sudah nikmati saja hari mu di sana, jangan pikirin yang lain. Toh di sana ada yang sayang kamu, kecuali bapak kan?" ~ Pak Nano.
"Hehe iya juga sih ya pak." ~ Titah.
"Ya sudah bapak pamit." ~ Pak Nano.
"Hmmmm kebiasaan tuh bapak, suka muncul tiba-tiba." kata Titah yang sedang berbicara sendiri.
"Mbak itu kan Titah ya, kok ngomong sendiri sih?" tanya Rania.
"Iya benar kamu Ran, itu Titah. Tapi kenapa ya dia ngomong sendiri?" tanya Aisyah heran.
"Ya sudah samperin saja yuk mbak."
"Iya.. Yuk.."
"Assalamu'alaikum." Aisyah dan Rania memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Aisyah dan Rania.
"Tah.." kata Aisyah dan Rania memanggil Titah yang sedang melamun.
"Astaghfirullah Lazim. Mbak Aisyah, Mbak Rania, bikin kaget saja." kata Titah yang terkejut saat Aisyah dan Rania ada di sampingnya.
"Kowe kuwi ngapa tah, melamun neng njaba dhewekan, bengi-bengi kaya ngene iki. apa kowe ora wedi ta tah?" tanya Aisyah.
"Oe beuna beutoi bit hakiki keubit saheh tah, kamoe ulon juga eu ngieng gata melamun dan ngomong aseng." kata Rania.
"Cerito dong tah." pinta Aisyah.
"Saya hanya mengingat bapakku mbak, biasanya makan sahur bersama dengan bapak dan bapak juga yang selalu bagunin aku untuk makan sahur juga mbak." kata Titah bercerita pada Aisyah dan Rania.
"Oh begitu.." seru Rania.
" Oh dadi ngono ya, wah Kamil kudu ngerti iki. " kata Aisyah di dalam hati.
"Iya mbak. Emmmm sekarang gantian mbak Aisyah yang melamun."
"Iya ya, tunggu tah sebentar."
"Iya mbak.." seru Titah.
"Mbak.."
"Em.."
"Mbak kok melamun sih, tadi Titah. Sekarang mbak Aisyah, duh kok aku merinding begini sih. Tah ayo masuk ke kamar. Mbak, aku dan Titah masuk duluan ya ke kamar bye.."
"Inggih, eh tunggu.."
Di Asrama Santri Putra..
"A.."
"Muhun van, kunaon?" tanya Fitra.
"Ayo.." jawab Rivan singkat.
"Kamana?"
"Ih aa kumaha da pan urang hayang bangunin santri putra jeung santri putri untuk tuang sahur." jawab Kamil.
"Sakeudeung nya van, nya mil." kata Fitra yang melihat jam di dinding.
"Ih ngapain sih?" tanya Rivan.
"Lihat jam dulu van. Baru jam sembilan Rivan, Kamil. Makan sahur masih lama." jawab Fitra setelah melihat di dinding.
"Yah a apa salahnya sih kita bantu-bantu di dapur."
"Nah betul tuh a. Apa yang Kamil bilang. Ya sudah mil, kita berdua saja ke dapurnya." ajak Rivan.
"Ayo van, a duluan ya." pamit Kamil.
"Assalamu'alaikum." Kamil dan Rivan memberikan salam pada Fitra.
"Wa'alaikumussalam." Fitra menjawab salam dari Kamil dan Rivan.
"Benar juga sih apa yang dikatakan oleh Rivan dan Kamil barusan, eh mil, van tunggu." Fitra berlari mengejar Kamil dan Rivan.
Di kamar Aisyah, Titah dan Rania..
" Duh kok aku ra isa turu ya, apa kepikiran tembung Titah mau ya. aku gawe layang wae deh kanggo Kamil, Kamil kudu ngerti babagan iki ben ati aku uga anteng lan uga ben ra kepikiran terus. " kata Aisyah di dalam hati.
" Loh kok mbak Aisyah belum tidur sih. " kata Rania di dalam hati.
"Mbak.."
"Em.."
"Mbak Aisyah.."
"Nggih, kenapa Ran?" tanya Aisyah.
"Mbak Aisyah kok belum tidur sih, ini kan sudah malam. Mbak Aisyah sedang apa?" tanya Rania juga.
"Aku lagi nulis surat untuk Kamil, Ran.." jawab Aisyah.
"Kamil, Kamil itu bukannya.." kata Rania yang terpotong perkataannya oleh Aisyah.
"Iya aku tahu, calon suaminya Titah kan?"
"Iya mbak."
"Aku hanya mengungkapkan apa yang di katakan oleh Titah tadi kok."
"Oh.."
"Loh kamu sendiri kok belum tidur Ran?"
"Aku sudah tidur tadi mbak, kebangun terus lihat mbak Aisyah."
"Oh.. Tanggung ya mau tidur lagi, bagaimana kita ke masjid saja."
"Sholat tahajud ya mbak?"
"Nggih Ran."
"Ya sudah ayo mbak.."
"Ya tunggu aku ambil mukena dulu, oh ya kamu yang bangunin Titah ya."
"Oke, siap mbak.."
"Ya wis.."
Di Pos Satpam Pesantren Darussalam..
"Nyieun kopi baheula kajeun tue tunduh." kata Asep.
Di Dapur Pesantren Darussalam..
"Bi Ella.."
"Iya iya iya, astaghfirullahalhazim den nyieun bibi reuwas wae."
"Hampura nya bi.."
"Muhun den.."
"Keur masak naon bi, dieu kajeun urang bantu?" tanya Kamil.
"Ulah den, kajeun bibi wae nu masak kawalan santri nu lianna." jawab bi Ella.
"Ih biarin bi, gak apa lagian juga ya kalau nunggu santri putri yang lain kelamaan."
"Tapi den.."
"Benar bi apa yang di bilang Rivan."
"Nya atos den, ieu beasna tulung di kumbah nya den. bibi hayang iris sayuran baheula."
"Teu perlu bi, kajeun Fitra saja."
"Rivan yang goreng kerupuknya ya bi."
"Nya atos lamun kitu kajeun Kamil nu kumbah beasna."
"Oh muhun den."
"Lamun kitu bibi hayang siapkeun bahan jieun nyieun sambalna wae."
"Ya bi.." seru Fitra, Rivan dan Kamil bersamaan.
Asrama Santri Putri
Di Kamar Titah, Aisyah dan Rania..
"Tah.."
"Engh.."
"Tah.."
"Apa?" tanya Titah.
"Mau ikut sholat tahajud gak?" tanya Rania juga.
"Dimana?"
"Di masjid pesantren tah.."
"Ya ikut tunggu.."
"Ya.."
Di Taman Asrama Santri Putri..
"Duh iki bocah loro marang endi ya, suwe banget di tunggu kok ra teka-teka ta."
"Mbak.."
"Ya tah kenapa?" tanya Rania.
"Kita sholat berdua saja, gak sama mbak Ais?" tanya Titah juga.
"Kita sholat bertiga, sama mbak Ais kok tah." jawab Rania.
"Oh.. Terus mbak Ais mana atau dia sudah duluan ke masjid?"
"Enggak tah, tuh.." Rania menunjuk ke arah Aisyah.
"Oh.." seru Titah.
"Assalamu'alaikum mbak Ais." Titah dan Rania memberikan salam pada Aisyah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Aisyah menjawab salam dari Titah dan Rania.
"Akhirnya datang juga, ya sudah yuk kita langsung saja ke masjid." ajak Aisyah.
Di Masjid Pesantren Darussalam..
"Mukena mu mana tah, Ran. Biar mbak saja yang taruh di dalam."
"Oh iya ini mbak.."
"Maturnuwun nggih mbak."
"Nggih.."
" Duh Kamil kok gak ada ya di masjid. Biasanya jam segini dia ada loh di masjid, bagaimana caranya aku bisa kasih surat ini ke dia ya. " kata Aisyah di dalam hati mencari keberadaan Kamil.
Di Kamar Mandi Pesantren Darussalam..
"Cuci beras sudah, sekarang kembali lagi ke dapur, oh ya ngomong-ngomong ini sudah jam berapa ya?" tanya Kamil.
"Jam dua pagi mil." jawab pak kyai Abdullah.
"Oh terimakasih ya." kata Kamil.
"Sami-sami kasep." sambung pak kyai Abdullah.
"Eh siapa yang jawab ya, ih kok jadi merinding gini ya."
"Saya yang jawab mil, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumussalam, astaghfirullahalhazim abah. Kaget Kamil, bah.. Untung gak jantungan."
"Hehe.. Kamu ngapain? Itu bawa apaan?" tanya pak kyai Abdullah.
"Ini beras bah. Aku, a Fitra dan Rivan lagi bantuin bi Ella di dapur." jawab Kamil.
"Oh.. Nanti kamu kembali ke dapur lalu bilang ke aa dan Rivan untuk ke masjid kita sholat berjamaah ya."
"Muhun abah.."
"Eh mil, mil.."
"Muhun bah, aya naon?" tanya Kamil.
"Teu perlu anjeun ka pawon. Anjeun kaasih wae beasna ka mang asep, mil.." jawab pak kyai Abdullah.
"Ha.. Mang Asep bah. Mana mang Asep teu aya mang Asep."
"Eta.." pak kyai Abdullah menunjuk ke arah Asep.