Preman Masuk Pesantren

Chapter 19: Ta'aruf yang Ditunggu : Persiapan dan Harapan Baru



"Gitu sayang.." kata Kamil yang menjelaskannya pada Titah dengan cara membisikinya.

"Oh itu ta maksudnya, ih.., ngilani.." kata Titah yang merasa geli setelah mendengar penjelasan dari Kamil.

"Yeah.., gak hombreng juga keles, enak saja saya hombreng, saya masih suka cewek tahu, ya gak tah?" tanya Rivan.

"Rivan, mulai deh.., ini pawangnya gua juga, stop ya elu ngelirik-ngelirik pawangnya gua, cari sana pawang elu sendiri sana, jangan pawangnya gua.." Kamil mulai cemburu lagi.

"Bukan aku sayang, tapi itu tuh, ada pawangnya, santri putri baru." kata Titah yang melirik ke arah Rania yang baru saja lewat.

"Oh.., itu ta pawangmu, van.., oh iya kan kita ada tugas sayang." kata Kamil memberikan kode pada Titah.

"Oh iya kita ada tugas dari pak kyai." sambung Titah.

"Haa.., tugas dari abah, tugas apaan tah, mil?" tanya Fitra.

"Ada deh.." seru Kamil.

"Ya sudah yuk kita pergi, a, mbak, lik, dan mas, kita berdua permisi dulu ya." kata Titah yang akan mengejar Rania.

"Mau kemana tah?"

"Ih.., kepo ya anda, yuk sayang." sela Kamil.

"Assalamu'alaikum." Titah dan Kamil memberikan salam pada Aisyah, Fitra, Paijo juga Rivan.

"Wa'alaikumussalam." Aisyah, Fitra, Paijo juga Rivan menjawab salam dari Titah dan Kamil.

Di Depan Pesantren Darussalam..

"Mbak Rania.."

"Iya, siapa ya yang panggil saya?" Rania pun berhenti dan bertanya-tanya karena ada yang memanggilnya.

"Assalamu'alaikum." Titah dan Kamil memberikan salam pada Rania.

"Wa'alaikumussalam." Rania menjawab salam dari Titah dan Kamil.

"Eh Titah dan Kamil.." seru Rania ketika melihat Titah dan Kamil menghampirinya.

"Iya, em.., mbak Rania di minta pak kyai Abdullah untuk menghadap nanti sore di rumahnya." Titah memberitahu Rania.

"Oh iya nanti saya akan ke sana, kira-kira jam berapa ya?" tanya Rania.

"Habis isya." jawab Kamil.

"Ya nanti saya ke sana." kata Rania.

"Jangan lupa ya mbak." sambung Titah mengingatkan Rania kembali.

Titah dan Kamil pun selesai memberitahu Rania untuk datang ke rumah pak kyai Abdullah sehabis isya, untuk membantu proses ta'aruf Rania dan Rivan. Sementara itu seperti biasa Titah dan Kamil menghabiskan waktu bersama dan membicarakan tentang bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba. Titah dan Kamil bersepakat untuk penutupan Ramadhan di masjid saja dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an.

Masih Di Depan Pesantren Darussalam..

"Nah sekarang kamu, Titah Kesumawardani nya aku.." kata Kamil.

"Iya Hafidz Kamil Syaigha nya aku, ada apa?" tanya Titah.

"Sekarang ikut aku, yuk.." jawab Kamil mengajak Titah ke sesuatu tempat.

"Kemana?" tanya Titah lagi.

"Ada deh yuk.." jawab Kamil lagi yang masih mengajak Titah dan menggandeng tangan Titah.

"Yuk.." seru Titah.

Di Warung Mang Udin..

"Assalamu'alaikum." Kamil dan Titah memberikan salam pada mang Udin.

"Wa'alaikumussalam" mang Udin menjawab salam dari Titah dan Kamil.

"Eh pasangan yang ter, ter, ter, dan ter.." kata mang Udin saat melihat Titah dan Kamil datang ke warungnya.

"Yang ter, apa mang?" tanya Titah.

"Tahu nih mang Udin ada-ada saja, pasangan yang ter, apa coba?" tanya Kamil juga.

"Ter-sweet, hehe.." jawab mang Udin tertawa.

"Haha, mang Udin bisa saja." Kamil dan Titah tertawa bersama saat mendengar jawaban dari mang Udin.

"Ya dah duduk dah, mau pesan makan atau minum juga bisa atau mau ambil jajanan juga bisa, pokoknya mah lengkap di sini." kata mang Udin yang mempromosikan warung kelontong miliknya.

"Oke, kamu mau apa sayang?" tanya Kamil.

"Aku ada nama panggilan untuk kamu." jawab Titah.

"Nama panggilan, panggilan kesayangan gitu maksud kamu?" tanya Kamil lagi.

"Iya.., boleh ya.." jawab Titah yang memohon pada Kamil.

"Boleh dong, apa sih yang enggak untuk kamu sayang, hehe.." kata Kamil.

"Aku mau panggil kamu, Bibu." sambung Titah.

"Bibu?"

"Iya.."

"Tapi kan aku maunya di panggil abi dan aku juga maunya anak-anak kita nanti umi." kata Kamil lagi.

"Iya sih, tapi untuk sekarang Bibu saja ya." sambung Titah lagi dengan manja.

"Oke, berarti aku panggil kamu, Bubu ya."

"Bubu?" tanya Titah.

"Iya hehe.." jawab Kamil.

"Oh oke, berarti mulai sekarang panggilnya Bibu dan Bubu ya?"

"Iya Bibu.."

"Ini neng, mil, es teh manisnya." kata mang Udin menyuguhkan es teh manis pada Titah dan Kamil.

"Es teh, kan kita gak pesan mang." sambung Titah.

"Benar tuh mang.." sambung Kamil juga.

"Yang nyuruh kalian bayar siapa, kan gak ada lagian juga kan kalian berdua itu sudah mamang anggap keponakan mamang sendiri."

"Oh gitu.." seru Titah.

"Berarti Kamil dan Titah minum ya."

"Iya minum dah.."

"Oke, oh ya sayang, kira-kira penutupan untuk menyambut bulan suci Ramadhan mau di adakan seperti apa sih?"

"Aku ingin acaranya sederhana saja, seperti merenungkan kembali apa yang kita perbuat sebelum bulan suci Ramadhan, terus membaca ayat-ayat Al-Qur'an gitu deh, gimana menurut kamu?"

"Bagus tuh sayang, oh ya mang Udin bisa kan bantu umumkan ke para warga biasa tradisi di sini untuk menyambut bulan suci Ramadhan, mang?"

"Bisa dong mil, apa sih yang gak untuk kalian.."

"Oke, berarti rencana yang pertama dan kedua sudah ya tinggal yang ke tiga nih saksi ta'aruf mas Rivan dan mbak Rania" kata Titah.

"Sebentar sayang, mang Udin.." sambung Kamil yang akan meminta tolong mang Udin untuk menjadi saksi ta'aruf Rivan dan Rania.

"Naon mil?" tanya mang Udin.

"Ikut yuk ke pesantren Darussalam, jadi saksi ta'aruf Rivan dan Rania." jawab Kamil.

"Siap.., kapan?"

"Sekarang.."

"Habis isya mang.."

"Hayu wae, memang sudah lama mamang ingin melihat Rivan punya pasangan kasihan jadi joun mulu, gak ada capeknya."

"Haha.." Kamil dan Titah hanya tertawa mendengar perkataan mang Udin.

"Ya sudah yuk sekarang kita siap-siap ke masjid sebentar lagi kan isya." kata mang Udin mengajak Titah dan Kamil ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat isya berjamaah.

"Siapa mang?"

"Istri yang baru, neng.."

"Istri baru, oh pantesan kemarin gak buka warung, ternyata, hehe.." kata Kamil tertawa meledek mang Udin yang baru saja menikah lagi.

Mang Udin, Kamil dan Titah pun akhirnya ke masjid untuk sholat isya berjamaah. Setelah sholat berjamaah Kamil, Rivan, dan mang Udin pergi ke rumah pak kyai Abdullah.

Di Masjid Pesantren Darussalam.. 

"Van gimana sudah siap belum?" tanya mang Udin. 

"Alhamdulillah sudah mang, bismillah." jawab Rivan. 

"Elu yang mau ta'arufan kok jadi gue yang deg deg an ya van." kata Kamil. 

"Iya ya, mil, kenapa jadi kamu yang deg deg an." sambung Rivan bingung. 

"Assalamu'alaikum." pak ustaz Galih, Fitra, dan pak kyai Abdullah memberikan salam pada Kamil, Rivan dan mang Udin. 

"Wa'alaikumussalam." mang Udin menjawab salam dari pak ustaz Galih, Fitra dan pak kyai Abdullah mewakili Rivan dan Kamil. 

"Mil.." 

"Muhun bah.." jawab Kamil. 

"Anjeun ka imah abah wae ti payun, antos abah sarta bapa anjeun nyusul." kata pak kyai Abdullah yang berpesan pada cucunya. 

"Siap bah.." seru Kamil. 

"Oh heueuh hilap." kata pak ustaz Galih. 

"Hilap kunaon yah?" tanya Kamil. 

"Calon minantu bapa manten, naha henteu kalawan anjeun, henteu sepertos biasana oge maraneh pisah biasana tepang mulu jegud perangko sarta amplop na?" tanya pak ustaz Galih juga. 

"Heueuh mil, leres naon anu di ngomong bapa anjeun,Titah ke manten?" tanya pak kyai Abdullah. 

"Marahan nya atawa Titah ngambek deui nya mil?" tanya Fitra juga. 

"Calon pamajikan abdi aya sareng teh Aisyah mapag Rania ka asrama putri bapa, sarta kanggo a Fitra, ulah sok teurang deh, saha anu marahan sarta Titah henteu ngambek deui naha.." jawab Kamil menjelaskan pada pak ustaz Ubaidillah, pak kyai Abdullah dan Fitra. 

"Oh gitu.." seru Fitra. 

"Iya a.." sambung Kamil. 

"Ya sudah kalau begitu abah, ayahmu dan kakakmu mau ke luar pesantren sebentar ya."

"Heueuh bah.." 

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Asrama Putra

"Sampun durung tah?" tanya Aisyah. 

"Sampun mbak, mangga.." jawab Titah. 

"Nggih sumangga.." 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.